Senin, 10 Februari 2014

2 Hal Saja

Really. Be serious this time.

Just 2 things He wants. Love Him and your neighbors. What's so hard about it?
 It is, when your love is somewhere else.

Beberapa tahun yang lalu saat aku ada di negeri berbahasa Taglish, aku membaca buku ini. Aku sudah tak ingat lagi judul bukunya. Bukan buku teologi. Bukan juga sebuah panduan wisata. Hanya sebuah novel.
"Manusia diciptakan bukan untuk mencintai benda. Manusia diciptakan-Nya untuk mencintai manusia lain."
Booom! Keras sekali kalimat itu menghantamku.
Dia berbicara padaku! Kalimat itu menempel kuat. Kuat sekali. Bak lem Alteco.
Alteco itu tak pernah lepas. Terkadang ingin kucabut dan melihat-lihat apa yang terlewatkan dari dunia yang selalu berputar, tapi tak pernah bisa.
dan Boom! Dia menambahkan satu lagi... Mengasihi Tuhan adalah tugas tertinggi.
Belum juga bisa mengasihi tetangga yang selalu memutar cassette player-nya dengan volume setinggi tiang bendera, aku diberi tugas satu lagi.


Karena menempel bak kacamata yang harus kubawa kemana-mana, itu juga yang kukatakan pada anak-anakku. Berkali-kali. Terutama saat mereka berebut sesuatu. Benda. Yang juga berkali-kali.



Dan malam tadi aku menggunakan hot air baloon sebagai ilustrasi penjelasannya. (Dasar penulis renungan!) Supaya anak-anakku mengerti.

Hot air baloon menggunakan udara panas untuk menggembungkan sang parasut. Mengasihi Tuhan dan sesama hanyalah syarat satu-satunya (atau dua-duanya?) supaya balon kita bisa membesar dan naik.

Mengasihi benda? Hanyalah berfungsi sebagai pemberat!  Tak usahlah kita bahas yang satu ini tolong (dibaca dengan logat Betawi, ya...) Mengasihi benda hanya akan bekerja sama dengan gravitasi bumi dan harus dibuang kalau ingin bisa terbang. Nah, loe!

Mengasihi sesama akan menggembungkan

Mengasihi Tuhan akan menerbangkan (Ingat sifat udara panas?)


Benar dugaanku. Tuhan itu bener-bener, deh. Dia menggunakan alam (dan sifat-sifatnya) untuk mengajari kita. Kali ini melalui sifat udara panas.

Tak perlu udara panas untuk menggembungkan. Cukup udara biasa. Mengasihi sesama akan menggembungkan kita. Tak heran, seseorang yang baik hati populer. Dia menggembung. Membesar di hadapan orang lain. Tampak jelas di antara para kerumunan. Bagaikan lampu merah yang menyala di setopan, mahluk semacam ini menghentikan laju lalu lalang manusia, dikagumi, dipuji, dipeluk, tak jarang ditangisi.

Namun tanpa kasih kepada Tuhan, dia hanyalah lampu merah yang akan padam dan digantikan oleh lampu hijau. Pasti menyala lagi, namun akan mati lagi. Menyala lagi, lalu mati lagi. Diingat, lalu dilupakan. Oleh sesamanya.

Kasih akan Tuhan bagaikan panasnya api yang menegakkan si balon. Itu juga yang akan menerbangkan dia. Tinggi. Dan memang itu adalah tujuannya.
Dikagumi? Iya. Dipuji? Pasti. Namun bukan dia yang pada akhirnya terlihat. Ketika terbang makin tinggi, tak tampak lagi penumpangnya. Hanya keindahan parasut dan kekuatan api.
Mau tak mau, penonton harus mengakui bahwa kemampuan itu asalnya dari sang sumber energi panas. Kekuatan itu tak terlihat, namun bisa dibuktikan.

Kekuatan api itu lebih besar dari si penumpang...membawanya naik lebih tinggi...menembus lapisan-lapisan awan...memisahkan dia dari para pengagum dan bumi... menyaksikan bentangan tak berujung di hadapan matanya.
Di sana, tak terdengar lagi tepukan tangan penonton
Tak terlihat lagi bumi
Hanya suara gas dan warna merahnya api
Hanya langit biru yang terpampang
Hanya ada dia dan Pencipta-Nya
Berhadapan muka...



 


 




Picture:

http://littlebigwonders.blogspot.com/2013/05/step36-love-god-love-his-people.html
 http://www.forwallpaper.com/wallpaper/hot-air-balloons-67063.html












Tidak ada komentar:

Posting Komentar